Sabtu, 21 November 2020
Meretas Jalan Menjadi Penulis Buku
Resume yang sedang
Anda baca ini saya tuliskan dari perkuliahan yang dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 9 November 2020. Sebelum saya sampaikan mengenai konten materinya, kita
akan mengenal narasumber terlebih dahulu. Beliau adalah Ditta Widya Utami, S.Pd.
Sehari-hari berprofesi sebagai guru di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang.
Guru yang masih muda ini lahir pada di Subang, 23 Mei 1990.
Alumni Pendidikan Kimia UPI (2012) ini telah banyak menorehkan karya tulis. Ada
buku karya tunggal berjudul Lelaki di ladang Tebu. Selebihnya adalah buku karya
bersama sebanyak delapan buah buku. Salah satu buku karya bersama itu ditulis
bersama Prof. Eko Indrajit yang berjudul Menyongsong Era Baru Milenial (2020).
Lebih jauh mengenai profilnya, bisa dibaca pada tautan
https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html.
Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Bu Kanjeng.
Beliau membuka acara dengan prolog bincang santai dengan para peserta. Suasana
grup pun berubah menjadi ramai dan ceria. Pembagian waktu untuk materi sebanyak
40 menit dan selebihnya digunakan untuk tanya jawab.
Setelah dipersilakan moderator, narasumber segera menyapa
para peserta dengan salam. Lalu, ia menyampaikan terima kasih kepada Omjay yang
telah memberikan kesempatan kembali menjadi pemateri. Bu Ditta mengajak para
peserta untuk berdoa agar Omjay segera sembuh dari sakitnya.
Selanjutnya, narasumber mulai menyampaikan materi. Ia
memulai dengan sebuah quote yang sangat menarik, "Saya hanya sebutir pasir
yang banyak dijumpa. Masih harus banyak belajar dan belajar banyak. Berbagi
adalah adalah salah satu cara ampuh untuk belajar. Oleh karena itu, saya
sungguh berbahagia bisa berbagi bersama
Bapak dan Ibu semua." Quote ditutup dengan emoticon senyum dan kedua
tangan terkatup.
Agar lebih dekat, narasumber kembali memperkenalkan diri
dengan membagikan beberapa tautan terkait profilnya. Satu tautan terhubung
dengan blog seperti yang sudah tertulis di atas. Satu lagi tautan bisa dijumpai
di instagram https://www.instagram.com/dittawidyautami/. Untuk yang di youtube
bisa dilihat melalui tautan https://www.youtube.com.dittawidyautami.
Topik dalam perkuliahan malam ini adalah tentang bagaimana
memulai menulis. Sejatinya, menulis adalah sebuah kegiatan yang sangat dekat
dengan keseharian kita. Sebagai seorang guru misalnya, kita selalu membuat
tulisan. Entah itu berupa feedback yang kita berikan kepada siswa, jurnal
mengajaar, atau sekadar chat yang setiap hari kita tulis di medsos.
Jadi, menulis memang sesuatu yang tak asing bagi hampir
setiap orang, terutama para guru. Namun, berbeda ceritanya bila yang dimaksud
adalah menulis buku. Untuk yang satu ini, tidak semua orang tahu caranya.
Bahkan, karena merasa begitu sulitnya menulis buku, tak sedikit yang menganggap
menulis buku seperti berhadapan dengan jalan buntu, atau dinding tebal yang tak
bisa ditembus.
Perasaan hopeless yang dirasakan penulis, terutama yang baru
saja hendak memulai menulis adalah sesuatu yang wajar. Karena itu, ada beberapa
tips yang barangkali bisa membantu.
1) Ikut kelas menulis
2) Ikut komunitas menulis
3) Ikut lomba menulis
4) Menulis saja apa yang ada di sekitar/keseharian kita
5) Menulis apa saja yang kita suka
Dengan mengikuti kelas menulis, ada banyak hal tak terduga
yang bisa kita dapatkan. Ini sebagaimana yang dialami narasumber ketika
mengikuti kelas menulis bersama Omjay, Selain mendapatkan ilmu, tip, trik, dan
motivasi menulis, narasumber juga mendapat kejutan yang tak terduga.
Bu Ditta mengirimkan sebuah tautan yang berisi catatannya
ketika mendapat kejutan. Tentang hal itu bisa dibaca pada taitan
https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/hadiah-kejutan-dari-pgri.html?m=1.
Ia mendapatkan hadiah buku berkat salah satu tulisan resumenya ketika mengikuti
perkuliahan di grup menulis bersama Omjay.
Selain buku, ia juga pernah mendapat hadiah berupa sepaket
kurma ruthob dari KSGN dan PGRI berkat tulisannya yang dapat dibaca pada tautan
https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/kisahku-dan-kurma-muda.html?m=1.
Itulah di antara manfaat mengikuti kelas menulis.
Selain mengikuti kelas menulis, narasumber juga menyarankan
agar kita bergabung dengan komunitas menulis. Dengan mengikuti sebuah komunitas
menulis, maka tulisan kita akan dibaca oleh anggota komunitas tersebut. Kita
pun bisa membaca tulisan anggota yang lain. Dengan saling berbagi tulisan,
kemampuan menulis kita menjadi terasah.
Tip yang ketiga adalah mengikuti lomba menulis. Ini sangat
baik bagi mereka yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti ajang lomba menulis,
kita menjadi terpacu untuk menulis berbagai tema sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan. Dari ajang seperti ini, kita akan mendapatkan inspirasi dan menjadi
tahu titik kelemahan kita dalam menulis.
Berikutnya adalah dengan menulis apa saja yang ada di
sekitar kita atau kegiatan kita sehari-hari. Narasumber bercerita tentang
pengalamannya ketika mengikuti kelas Menulis Bersama Omjay Gelombang7. Saat
itu, hampir setiap hari Omjay mengirimkan sebuah foto. Ada foto kucing,
rempeyek, ketoprak, gorengan, dan sebaginya. Waktu itu, Omjay meminta semua
peserta menulis dari foto yang ia bagikan.
Terbukti, dari foto-foto itu, peserta berhasil membuat
tulisan sesuai ketentuan minimal, yaitu tiga paragraf. Cara ini cukup ampuh dan
menjadi bukti bahwa menulis apa saja yang ada di sekitar kita dapat mengasah
kemampuan menulis. Bila cara ini masih belum mempan juga, cobalah membuat
tulisan dari kegiatan sehari-hari. Menulis diari terbukti mampu mengasah
keterampilan menulis.
Yang kelima adalah dengan menuliskan apa saja yang kita
sukai. Dengan menuliskan apa yang disukai, kita menjadi senang menulis. Ini
tentu sangat posistif dalam menjaga konsistensi menulis. Hobi apa saja yang
kita sukai dapat disulap menjadi tulisan. Dengan selalu menulis, maka kemampuan
kita pun menjadi semakin terasah. Jadi, tulislah apa saja yang kita suka dan
kuasai.
Media yang Tepat Untuk Menulis
Untuk menulis, kita perlu media. Nah, pada prinsipnya kita
bisa menulis di media apa saja. Bisa di buku catatan harian, blog, HP, atau
laptop. Saat ini sudah banyak platform menulis seperti storial dan wattpad.
Kita bisa juga menulis di sana. Bahkan, kita juga bisa menulis di media sosial.
Yang terpenting adalah kita bisa menjaga rutinitas menulis
itu sendiri. Dengan menulis secara rutin, maka kemampuan menulis akan
meningkat. Untuk itu, buatlah target menulis, misalnya satu puisi satu hari,
satu artikel setiap minggu, satu buku setiap satu bulan, dan sebagainya.
Bila kita telah rutin menulis, selanjutnya mulailah untuk
menerbitkannya. Kumpulan tulisan di blog bisa kita terbitkan dalam bentuk
sebuah buku. Inilah cara kita naik kelas. Jadi, jangan hanya terus menulis di
blog atau agenda harian. Lanjutkan pada proses berikutnya dengan cara
menerbitkannya. Bila ini dilakukan, maka kita pun akan semakin senang dengan
aktivitas menulis. Sebab, apa yang ditulis setiap hari, satu per satu berbuah
menjadi sebuah karya buku.
Buku Solo atau Kolaborasi?
Dalam menulis buku, kita bisa memilih antara menulis buku
tunggal atau solo dengan menulis bersama penulis lain. Ada beberapa hal yang
bisa kita jadikan sebagai pertimbangan. Pertama, dari aspek waktu dan tema.
Menulis buku solo sangat tergantung pada kita sendiri. Kita bebas menentukan
temanya. Kita juga bebas menentukan waktu penyelesaiannya. Kita menargetkan
selesai berapa lama? Satu minggu, satu bulan, atau satu tahun? Itu semua
terserah kita.
Berbeda dengan menulis buku solo, menulis karya bersama tidak
bisa sekehendak kita dalam menentukan tema dan waktu. Hanya saja, menulis karya
bersama lebih mudah dari sisi pengurusan prosesnya. Bagaimana pengurusan ke
penerbit dan segala hal terkait sudah ada yang membantu dan menanganinya.
Dari sisi biaya, menulis karya bersama tentu lebih murah
biayanya. Ini jika bukunya diterbitkan secara indie yang biayanya dari kantong
pribadi. Karena ditanggung bersama, tentu saja buku karya bersama lebih murah
bila dibanding menulis buku solo yang juga diterbitkan secara indie.
Kisah Dibalik Buku
Pada terbitnya sebuah buku ada kisah tersendiri. Narasumber
membagi kisah dibalik lahirnya karya Lelaki di Ladang Tebu. Menurutnya, buku
ini ia tulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi
dari anak didiknya. Setiap ada kejadian unik, atau dalam bahasa Munif Chatib
"momen spesial" segera ia catat.
Kumpulan catatan yang berisi kisah atau momen spesial itu
tidak dibiarkan begitu saja. Namun, kisah-kisah nyata itu ia sulap menjadi
cerpen. Mengapa cerpen? Karena ia lebih suka menulis tulisan fiksi. Dari
kebiasaan rutin menulis itulah, terkumpul beberapa tulisan. Lalu, dari kumpulan
tulisan itulah terbit sebuah buku. Begitulah kisah dibalik buku.
Seputar Mood dan mengatasi rasa Malas
Rasa malas terkadang menerpa penulis. Lantas apa yang bisa
dilakukan? Gampang. Segarkan kembali pikiran dan hati. Kerjakan apa yang kita
sukai. Bisa juga dengan membaca buku-buku ringan. Prinsipnya, jangan biarkan
rasa malas berlama-lama bercokol di dalam diri kita. Kita bisa pergi ke depan
cermin. Sambil tersenyum di hadapan
cermin, sadarilah bahwa dii kita ini adalah anugerah dari Allah swt.
Kita menyimpan potensi yang sangat besar. Selanjutnya, kita
bisa segera berkarya kembali dan menebarkan manfaat bagi orang lain dengan
menulis. Dengan cara demikian, kita akan terus bisa berkarya dan tidak
berlama-lama dengan rasa malas.
Tak terasa, waktu terus berlalu hingga perkuliahan pun
berakhir. Banyak peserta yang bertanya tentang menulis. Terima kasih, Bu Ditta
atas semua ilmu yang disampaikan malam ini.
Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir
No comments:
Post a Comment