Friday, November 27, 2020

 








Sabtu, 21 November 2020

 



 

 

Meretas Jalan Menjadi Penulis Buku

 Resume yang sedang Anda baca ini saya tuliskan dari perkuliahan yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 November 2020. Sebelum saya sampaikan mengenai konten materinya, kita akan mengenal narasumber terlebih dahulu. Beliau adalah Ditta Widya Utami, S.Pd. Sehari-hari berprofesi sebagai guru di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang.

 

 

Guru yang masih muda ini lahir pada di Subang, 23 Mei 1990. Alumni Pendidikan Kimia UPI (2012) ini telah banyak menorehkan karya tulis. Ada buku karya tunggal berjudul Lelaki di ladang Tebu. Selebihnya adalah buku karya bersama sebanyak delapan buah buku. Salah satu buku karya bersama itu ditulis bersama Prof. Eko Indrajit yang berjudul Menyongsong Era Baru Milenial (2020). Lebih jauh mengenai profilnya, bisa dibaca pada tautan https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html.

 

Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Bu Kanjeng. Beliau membuka acara dengan prolog bincang santai dengan para peserta. Suasana grup pun berubah menjadi ramai dan ceria. Pembagian waktu untuk materi sebanyak 40 menit dan selebihnya digunakan untuk tanya jawab.

 

Setelah dipersilakan moderator, narasumber segera menyapa para peserta dengan salam. Lalu, ia menyampaikan terima kasih kepada Omjay yang telah memberikan kesempatan kembali menjadi pemateri. Bu Ditta mengajak para peserta untuk berdoa agar Omjay segera sembuh dari sakitnya.

 

Selanjutnya, narasumber mulai menyampaikan materi. Ia memulai dengan sebuah quote yang sangat menarik, "Saya hanya sebutir pasir yang banyak dijumpa. Masih harus banyak belajar dan belajar banyak. Berbagi adalah adalah salah satu cara ampuh untuk belajar. Oleh karena itu, saya sungguh  berbahagia bisa berbagi bersama Bapak dan Ibu semua." Quote ditutup dengan emoticon senyum dan kedua tangan terkatup.

 

Agar lebih dekat, narasumber kembali memperkenalkan diri dengan membagikan beberapa tautan terkait profilnya. Satu tautan terhubung dengan blog seperti yang sudah tertulis di atas. Satu lagi tautan bisa dijumpai di instagram https://www.instagram.com/dittawidyautami/. Untuk yang di youtube bisa dilihat melalui tautan https://www.youtube.com.dittawidyautami.

 

Topik dalam perkuliahan malam ini adalah tentang bagaimana memulai menulis. Sejatinya, menulis adalah sebuah kegiatan yang sangat dekat dengan keseharian kita. Sebagai seorang guru misalnya, kita selalu membuat tulisan. Entah itu berupa feedback yang kita berikan kepada siswa, jurnal mengajaar, atau sekadar chat yang setiap hari kita tulis di medsos.

 

Jadi, menulis memang sesuatu yang tak asing bagi hampir setiap orang, terutama para guru. Namun, berbeda ceritanya bila yang dimaksud adalah menulis buku. Untuk yang satu ini, tidak semua orang tahu caranya. Bahkan, karena merasa begitu sulitnya menulis buku, tak sedikit yang menganggap menulis buku seperti berhadapan dengan jalan buntu, atau dinding tebal yang tak bisa ditembus.

 

Perasaan hopeless yang dirasakan penulis, terutama yang baru saja hendak memulai menulis adalah sesuatu yang wajar. Karena itu, ada beberapa tips yang barangkali bisa membantu.

 

1) Ikut kelas menulis

 

2) Ikut komunitas menulis

 

3) Ikut lomba menulis

 

4) Menulis saja apa yang ada di sekitar/keseharian kita

 

5) Menulis apa saja yang kita suka

 

 

 

Dengan mengikuti kelas menulis, ada banyak hal tak terduga yang bisa kita dapatkan. Ini sebagaimana yang dialami narasumber ketika mengikuti kelas menulis bersama Omjay, Selain mendapatkan ilmu, tip, trik, dan motivasi menulis, narasumber juga mendapat kejutan yang tak terduga.

 

Bu Ditta mengirimkan sebuah tautan yang berisi catatannya ketika mendapat kejutan. Tentang hal itu bisa dibaca pada taitan https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/hadiah-kejutan-dari-pgri.html?m=1. Ia mendapatkan hadiah buku berkat salah satu tulisan resumenya ketika mengikuti perkuliahan di grup menulis bersama Omjay.

 

Selain buku, ia juga pernah mendapat hadiah berupa sepaket kurma ruthob dari KSGN dan PGRI berkat tulisannya yang dapat dibaca pada tautan https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/kisahku-dan-kurma-muda.html?m=1. Itulah di antara manfaat mengikuti kelas menulis.

 

Selain mengikuti kelas menulis, narasumber juga menyarankan agar kita bergabung dengan komunitas menulis. Dengan mengikuti sebuah komunitas menulis, maka tulisan kita akan dibaca oleh anggota komunitas tersebut. Kita pun bisa membaca tulisan anggota yang lain. Dengan saling berbagi tulisan, kemampuan menulis kita menjadi terasah.

 

Tip yang ketiga adalah mengikuti lomba menulis. Ini sangat baik bagi mereka yang menyukai tantangan. Dengan mengikuti ajang lomba menulis, kita menjadi terpacu untuk menulis berbagai tema sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Dari ajang seperti ini, kita akan mendapatkan inspirasi dan menjadi tahu titik kelemahan kita dalam menulis.

 

Berikutnya adalah dengan menulis apa saja yang ada di sekitar kita atau kegiatan kita sehari-hari. Narasumber bercerita tentang pengalamannya ketika mengikuti kelas Menulis Bersama Omjay Gelombang7. Saat itu, hampir setiap hari Omjay mengirimkan sebuah foto. Ada foto kucing, rempeyek, ketoprak, gorengan, dan sebaginya. Waktu itu, Omjay meminta semua peserta menulis dari foto yang ia bagikan.

 

Terbukti, dari foto-foto itu, peserta berhasil membuat tulisan sesuai ketentuan minimal, yaitu tiga paragraf. Cara ini cukup ampuh dan menjadi bukti bahwa menulis apa saja yang ada di sekitar kita dapat mengasah kemampuan menulis. Bila cara ini masih belum mempan juga, cobalah membuat tulisan dari kegiatan sehari-hari. Menulis diari terbukti mampu mengasah keterampilan menulis.

 

Yang kelima adalah dengan menuliskan apa saja yang kita sukai. Dengan menuliskan apa yang disukai, kita menjadi senang menulis. Ini tentu sangat posistif dalam menjaga konsistensi menulis. Hobi apa saja yang kita sukai dapat disulap menjadi tulisan. Dengan selalu menulis, maka kemampuan kita pun menjadi semakin terasah. Jadi, tulislah apa saja yang kita suka dan kuasai.

 

 

 

Media yang Tepat Untuk Menulis

 

Untuk menulis, kita perlu media. Nah, pada prinsipnya kita bisa menulis di media apa saja. Bisa di buku catatan harian, blog, HP, atau laptop. Saat ini sudah banyak platform menulis seperti storial dan wattpad. Kita bisa juga menulis di sana. Bahkan, kita juga bisa menulis di media sosial.

 

Yang terpenting adalah kita bisa menjaga rutinitas menulis itu sendiri. Dengan menulis secara rutin, maka kemampuan menulis akan meningkat. Untuk itu, buatlah target menulis, misalnya satu puisi satu hari, satu artikel setiap minggu, satu buku setiap satu bulan, dan sebagainya.

 

Bila kita telah rutin menulis, selanjutnya mulailah untuk menerbitkannya. Kumpulan tulisan di blog bisa kita terbitkan dalam bentuk sebuah buku. Inilah cara kita naik kelas. Jadi, jangan hanya terus menulis di blog atau agenda harian. Lanjutkan pada proses berikutnya dengan cara menerbitkannya. Bila ini dilakukan, maka kita pun akan semakin senang dengan aktivitas menulis. Sebab, apa yang ditulis setiap hari, satu per satu berbuah menjadi sebuah karya buku.

 

Buku Solo atau Kolaborasi?

 

Dalam menulis buku, kita bisa memilih antara menulis buku tunggal atau solo dengan menulis bersama penulis lain. Ada beberapa hal yang bisa kita jadikan sebagai pertimbangan. Pertama, dari aspek waktu dan tema. Menulis buku solo sangat tergantung pada kita sendiri. Kita bebas menentukan temanya. Kita juga bebas menentukan waktu penyelesaiannya. Kita menargetkan selesai berapa lama? Satu minggu, satu bulan, atau satu tahun? Itu semua terserah kita.

 

Berbeda dengan menulis buku solo, menulis karya bersama tidak bisa sekehendak kita dalam menentukan tema dan waktu. Hanya saja, menulis karya bersama lebih mudah dari sisi pengurusan prosesnya. Bagaimana pengurusan ke penerbit dan segala hal terkait sudah ada yang membantu dan menanganinya.

 

Dari sisi biaya, menulis karya bersama tentu lebih murah biayanya. Ini jika bukunya diterbitkan secara indie yang biayanya dari kantong pribadi. Karena ditanggung bersama, tentu saja buku karya bersama lebih murah bila dibanding menulis buku solo yang juga diterbitkan secara indie.

 

Kisah Dibalik Buku

 

Pada terbitnya sebuah buku ada kisah tersendiri. Narasumber membagi kisah dibalik lahirnya karya Lelaki di Ladang Tebu. Menurutnya, buku ini ia tulis dengan penuh cinta karena berisi kumpulan kisah yang terinspirasi dari anak didiknya. Setiap ada kejadian unik, atau dalam bahasa Munif Chatib "momen spesial" segera ia catat.

 

Kumpulan catatan yang berisi kisah atau momen spesial itu tidak dibiarkan begitu saja. Namun, kisah-kisah nyata itu ia sulap menjadi cerpen. Mengapa cerpen? Karena ia lebih suka menulis tulisan fiksi. Dari kebiasaan rutin menulis itulah, terkumpul beberapa tulisan. Lalu, dari kumpulan tulisan itulah terbit sebuah buku. Begitulah kisah dibalik buku.

 

Seputar Mood dan mengatasi rasa Malas

 

Rasa malas terkadang menerpa penulis. Lantas apa yang bisa dilakukan? Gampang. Segarkan kembali pikiran dan hati. Kerjakan apa yang kita sukai. Bisa juga dengan membaca buku-buku ringan. Prinsipnya, jangan biarkan rasa malas berlama-lama bercokol di dalam diri kita. Kita bisa pergi ke depan cermin. Sambil  tersenyum di hadapan cermin, sadarilah bahwa dii kita ini adalah anugerah dari Allah swt.

 

Kita menyimpan potensi yang sangat besar. Selanjutnya, kita bisa segera berkarya kembali dan menebarkan manfaat bagi orang lain dengan menulis. Dengan cara demikian, kita akan terus bisa berkarya dan tidak berlama-lama dengan rasa malas.

 

Tak terasa, waktu terus berlalu hingga perkuliahan pun berakhir. Banyak peserta yang bertanya tentang menulis. Terima kasih, Bu Ditta atas semua ilmu yang disampaikan malam ini.

 

 

 

Terima kasih telah membaca. Masukan yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di postingan selanjutnya. Salam. Badrul Munir

 

No comments:

Post a Comment

  SMA Negeri 1 Ingin Jaya meraih special Award pada even Internasional  di Bangkok Boeh Giri Body  Scrub, nama sebuah lulur produk inovatif ...